KENDARI, MNN.COM – Lahan seluas 2.500 hektare di Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) akan dibangun kawasan industri pengolahan nikel menjadi baterai.
Hal tersebut dilakukan karena Kota Kendari tidak sama dengan daerah lain di Sultra yang memiliki sumber daya alam berupa nikel dan hasil tambang lainnya.
Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir mengatakan, pembangunan kawasan industri di daerah tersebut menjadi bagian dari rangkaian panjang yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah pusat, yakni hilirisasi.
Hilirisasi yang dimaksud yakni suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Perkembangan industri yang menghasilkan bahan baku (industri hulu) menjadi industri yang mengolah bahan menjadi barang jadi (industri hilir).
“Kalau di berbagai kabupaten memiliki nikel, ore, kita sudah harus memiliki perusahaan pengolahan baterainya, ini tujuannya supaya jangan dikirim mentah ke luar, supaya kita bisa memiliki nilai tambah, harapannya betul-betul bisa sudah keluar dalam bentuk baterai,” katanya, pada Kamis (14/4/2022).
Kawasan industri tersebut akan dikelola oleh PT Kendari Kawasan Industri Terpadu (KKIT), dengan tahapan awal pembangunan seluas 400 hektare.
“PT KKIT sudah mempersiapkan kurang lebih 400 hektare dari 2.500 hektare penetapan kawasan industri di tahap awalnya. Diharapkan pembangunan kawasan industri ini menjadi proyek strategis nasional,” ujarnya.
Kawasan industri yang akan dibangun tersebut merupakan proyek kerja sama antara Pemkot Kendari, investor Cina China Construction Third Engineering Bureau Group, dan PT Kendari Kawasan Industri Terpadu (KKIT). Industri tersebut juga bakal menyerap ribuan tenaga kerja lokal, minimal 70 persen berasal dari masyarakat Kota Kendari atau dari Sultra.
Komisaris Utama PT Kendari Kawasan Industri Terpadu (KKIT), Hery Asiku menjelaskan, pembangunan pabrik kimia baterai dengan teknologi AP AL tersebut bakal menggandeng perusahaan terkemuka dunia, untuk memproduksi nikel sulfat, mangan sulfat menjadi bahan baku mobil listrik.
“Kita ingin mengembangkan kawasan ini sebagai salah satu pusat pertumbuhan teknologi di Sultra khususnya dan Indonesia pada umumnya,” ucapnya.
Pemilihan Kecamatan Abeli sebagai lokasi pembangunan kawasan industri, karena Kecamatan Abeli merupakan lokasi strategis, baik dari ketersediaan infrastruktur layanan umum dan pelayanan pemerintahan.
“Kita hanya menyiapkan lahan, perizinan dan juga supplier yang dibutuhkan pihak China Construction Third Engineering Bureau Group,” jelasnya.
Untuk menjalankan pembangunan tersebut, Hery memberikan saham sekitar satu miliar US Dolar, sebagai bukti komitmen dalam mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat meningkatkan kemampuan daerah dalam pembiayaan pembangunan kota.
“Harapannya, kita bersama-sama dapat membangun daerah ini, dengan masuknya investasi besar jadi pertumbuhan ekonomi bisa lebih bagus,” imbuhnya.
Sementara itu, Executive General Manager of China Construction Third Engineering Bureau Group, Tang Liguo mengatakan, perusahaan miliknya adalah perusahaan nomor satu di bidang konstruksi di Cina.
“Perusahaan ini memiliki nilai kontrak lebih dari 100 miliar US dolar dengan keuntungan lebih dari 50 miliar US dolar di tahun 2021. Bahkan banyak capaian prestasi lainnya pada project area perusahaan dalam mengembangkan energi di bidang industri dan konstruksi pembangunan,” kata Tang Ligou.
Tang Liguo juga menyampaikan terima kasih kepada PT KKIT dan Pemkot Kendari atas kepercayaan yang diberikan kepada perusahaannya. Pasalnya perusahaannya telah memasuki pasar Indonesia sejak tahun 2005 dan mengembangkan proyek-proyek energi dan beberapa perusahaan yang bersifat komersial pengembangan smelter dan beberapa proyek lainnya.
“Kami harapkan melalui ini dapat mengembangkan ekonomi di Kota Kendari. Kemitraan ini bisa menjadi kebanggaan Kota Kendari, selain itu ini juga akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara,” pungkasnya.
Dalam pembangunan kawasan Industri tersebut di Kota Kendari, berikut syarat yang diberikan oleh Wali Kota Kendari kepada investor dari Cina :
70 persen tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal Kota Kendari atau Sulawesi Tenggara. Tenaga kerja asing yang berasal dari Cina sebagian harus berstatus muslim. Teknologi yang digunakan dalam industri pengolahan nikel di Kota Kendari harus ramah lingkungan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) harus masuk dalam salah satu pemegang saham. (*)