Hikayat Badiu Catatan : Sabaruddin T Pauluh


MATANETNEWS.COM
, KOLAKA—
Memasuki ruangan Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat Kabupaten Kolaka, yang terletak di lantai dua Kantor Bupati Kolaka, tepat pintu masuk, mata kita akan tertuju pada sederetan foto yang dipajang dalam bingkai pamer.

Ada puluhan foto kegiatan bupati dan wakil bupati Kolaka dalam ukuran 12 R. Salah satu foto yang menarik perhatian dan tidak terkait dengan kegiatan bupati, yakni sosok Badiu yang berdampingan dengan Bupati Ahmad Safei.

Mengenakan seragam Linmas, di depan fotografer Badiu penuh percaya diri berfoto disamping bupati, dengan gaya memberi hormat tanpa penutup kepala. Rambutnya yang kelihatan baru dicukur memantulkan cahaya (tak enak terus terang menyebut sembe).

Entah apa alasan Humas memajang foto Badiu yang terkesan istimewa. Padahal, Badiu bukanlah tokoh penting atau publik figur. Namun, menurut hemat penulis, foto bupati yang mengenakan pakaian adat (diambil saat momen HUT Kolaka tahun lalu) menggandeng Badiu, menunjukkan betapa dekatnya seorang bupati kepada rakyatnya, tak terkecuali manusia istimewa seperti Badiu.

Siapa Badiu?B.A.D.I.U. Hanya itu yang penulis tau tentang sosok yang satu ini. Sulit untuk menggali informasi lebih dalam soal profil dan riwayat manusia luar biasa ini. Jangan tanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kelahirannya. Nama kedua orang tuanya saja kalau ditanyakan kadang ia lupa namanya. Yang paling diingat hanya nama kedua kakaknya yang bermukim di Kolaka. Kakak tertuanya perempuan dan kakak keduanya laki.

Tapi jangan salah menilai, sosok yang satu ini cukup familiar di lingkungan Pemda Kolaka. Kalau ada pejabat atau pegawai yang tidak mengenal sosok yang satu ini, maka patut dikatakan; Sungguh Terlalu.
Keseharian Badiu, lebih sering mengenakan pakaian PNS. Uniform Linmas paling disukainya.

Jika terlanjur mengenakan seragam hijau, tak kenal siang ataupun malam, tak peduli panas atau hujan, jika terlanjur dipakai, uniform tersebut pantang copot dari badannya. Lihatlah, ketika momen berfoto dengan bupati, seragam Linmas sangat setia bersamanya meski sedikit pudar.Padahal, di era pemerintahan Jokowi, seragam Linmas tak lagi digunakan untuk pegawai (kecuali Badiu).

Tapi jangan salah, seragam Linmas koleksi Badiu ternyata tidak hanya satu pasang, tapi ada beberapa lembar. Menurut si empunya, seragam itu hasil pemberian para pegawai. “Di sana, dikasih orang,” kata Badiu beberapa waktu lalu, soal baju-baju Linmasnya, tanpa perlu anda mengerti (di sana) siapa yang dimaksud.
Beberapa sumber yang cukup mengenal Badiu sejak kecil, menuturkan jika Badiu diperkirakan sudah berumur lebih setengah abad.

Baca Juga:  Memiliki Ikatan Khusus, Pangdam Mayjen TNI Andi Sumangerukka Dianugrahi Gelar Kerjaan Rumbia Mornene

Kedua orang tuanya yang dulu bermukim di bilangan Sakuli Kolaka sudah lama almarhum, sejak Badiu masih kecil. Sejak saat itu, Badiu kecil tinggal sama kakak perempuannya di Sakuli. Jika sudah bosan di Kolaka, Badiu akan berimigrasi ke Desa Tikonu. Sebuah kampung yang jaraknya sekitar 15 kilometer dari kota Kolaka.

Terkadang ia menempuh perjalanan dari Kolaka-Tikonu dengan jalan kaki, nanti ditengah perjalanan ia mendapat tumpangan kendaraan dari orang yang mengenalnya.

Berhari-hari bahkan bisa bulanan Badiu berpindah-pindah menyambangi setiap rumah warga di Tikonu yang dianggap keluarganya. Urusan dimana ia tidur, tidak perlu pusingkan, asal matanya sudah ngantuk, di kursi pun, bahkan sesekali di Pos Ronda, Badiu akan lelap sampai ngorok. Urusan sarapan pagi juga tidak ribet, yang penting ada segelas kopi dan sebatang rokok, maka dunia serasa indah baginya. Tapi soal makan, Badiu orang paling selektif memilih dan memilah. Jangan suguhkan daging, konro atau masakan yang kental minyak.

Baginya, cukup nasi, ikan dan sayur. Akan lebih lahap jika disuguhkan Sinonggi dingin, olala, pikiran cerdasnya akan muncul. Tapi, jika belum minum kopi dan tak ada rokok, maka semua orang disekitarnya akan dipandangnya seperti musuh. Sesekali ia akan mengumpat setiap orang yang mencandainya. “Apa kau, malas, tidak ada kerjamu,n” sergahnya penuh sinis.

Mantan Kepala Desa Tikonu periode 1986 – 2002, Nurdin, menuturkan, Badiu remaja, sudah malang melintang di kantor bupati Kolaka maupun Rumah jabatan bupati sejak era Andi Pangerang Umar menjabat bupati Kolaka periode 1988-1993. “Kalau kami ada undangan di rujab bupati, pasti ada Badiu,” katanya mengenang suatu hari.

Pembawaannya terkesan jaim (jaga image), karena ia baru akan bicara kalau duluan disapa, atau kalau ia ingin minta sebatang rokok kepada seseorang yang dikenalnya. Jika ingin lebih akrab dengannya, suguhkan saja rokok atau sekalian berikan lembaran rupiah. Senyum sumringahnya akan memaksanya memamerkan giginya yang abu-abu keemasan dan mulai keropos.

Bisa Adzan dan Suaranya Oke JugaBadiu terkesan pelit bicara, tapi kalau pun ia tiba-tiba banyak omong, kalau tidak lucu mendengarnya, pasti tak nyambung antara pertanyaan dan jawaban. Sesekali, jika anda bisa menyogok Badiu dengan sebungkus rokok plus lembaran rupiah dan memintanya pidato, ia tak akan sungkan mempraktekkan pidato ala Zainuddin MZ, tapi jangan berharap iman anda akan bertambah setelah mendengarkan ceramahnya (pusing pala beby). 

Baca Juga:  60 Orang Positif Covid-19 Di Bombana, Pasien Memiliki Riwayat Klaster Temboro Dan Dorolonda

Anda juga jangan salah menilai, meski tak bisa baca tulis, tapi tingkat percaya diri Badiu diatas para politisi dan selebriti. Ia juga gemar koleksi pulpen dan buku tulis yang selalu tersedia di tas-nya. Tapi, kalau anda sempat mengintip tulisannya, pasti senyam-senyum anda dibuatnya, tidak mengerti apakah tulisannya stenografi atau huruf arab jahilia, namun lebih mirip mata gergaji tanpa spasi.

Badiu saat menyampaikan ceramah yang tidak karuan.Jika pikiran warasnya lagi bagus, Badiu akan memperdengarkan suara merdunya Adzan atau membaca Al-fatihah. Tapi jangan buruk sangka dulu, meski ia seorang buta huruf, tapi jika hatinya lagi senang, ia akan memperdengarkan kumandang adzan cukup bagus dan urutannya tidak meleset dari Allahu Akbar hingga Laa ilaha Illallahu. Begitu pun saat ia ingin salat sendirian, bacaan al-fatihah-nya tidak kalah dengan imam kampung, dan urutan bacaan ayatnya tidak meleset dari Alhamdulillahi hingga Waladdhaaliin.

Disangka Pegawai Bahkan Kepala DesaKarena seringnya mengenakan uniform Linmas, tak jarang orang yang belum kenal Badiu akan salah sangka dan mengira Badiu adalah seorang pegawai (padahal gadungan). Bahkan, ada cerita lucu tentang Badiu di penghujung tahun 1992, dimana sejumlah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNHALU (UHO), pertamakali tiba di Desa Tikonu untuk melaksanakan tugas KKN.

Sekitar pukul 14.00 Wita atau jam 02.00 siang, rombongan mahasiswa yang terdiri dari Musadar Mappasomba (mantan Wakil Walikota Kendari), Andi Wahida (kini Kabag Kesra Kolaka), Andi Hatta (Sekarang Ketua Komisi Informasi Publik KIP Sultra), Eduardo Lenohingide (mantan Direktur Percetakan PD Sultra) dan beberapa mahasiswa lainnya, sesaat turun dari Bus yang mengantarkan.

Mereka turun tepat di depan rumah kepala Desa Tikonu,kala itu Om Nurdin. Saat bersamaan, Badiu tepat berada di rumah om Nurdin, dan ketika mendengar suara mobil yang membawa rombongan mahasiswa KKN berhenti di depan rumah pak desa, Badiu dengan seragam Linmasnya segera keluar.

“Assalamu alaikum, pak desa,” sapa mahasiswa dihadapan Badiu yang disangkanya kepala desa. Namun, sapaan salam mahasiswa tidak dijawab Badiu, kecuali hanya senyam-senyum.

Andi Hatta, menuturkan, saat itu mereka menyangka Badiu adalah kepala desanya. Beruntung, salah sangka mereka langsung terjawab oleh Andi Wahidah (menantu Andi Pangerang Umar) yang cukup mengenal Badiu, lalu memberitahukan kalau Badiu itu orang istimewa (setengah idiot) dan bukan kepala desa. Kena tipu deh!

Kolaka, 26/2/2020, Catatan:Tulisan ini, sebelumnya terbit di media online Topiksultra.com

IKLAN

Pos terkait